Selasa, 10 Juli 2012

Curah Gagasan: Solusi Pendidikan

Siapa yang tidak pernah mentok karena dihadapkan pada suatu masalah? Siapa yang suntuk dengan berbagai pertanyan sedangkan untuk menjawabnya saja, telah pusing kepala? Mungkin kita seringkali merasakannya. Jawabannya adalah solusi kreatif. Inovasi berasal dari pemikiran kreatif, dan inilah yang akhirnya dapat menghasilkan pemikiran-pemikiran hebat hingga maha karya yang luar biasa bagi dunia dan segala isinya. Tom Kelley dalam bukunya, The Ten Faces of Innovation, menyampaikan setidaknya lima aturan untuk melakukan curah gagasan, yaitu kejar kuantitas, dorong munculnya gagasan-gagasan liar, ciptakan visualisasi, tunda penilaian, buat percakapan. Lima tata pikir ini dapat kita pergunakan, baik bagi diri kita sendiri sebagai pengejar pendidikan atau pemberi pendidikan. Mari kita bahas bersama-sama. 1)Kejar kuantitas, artinya buatlah gagasan sebanyak-banyaknya, dengan begitu akan munculah berbagai macam solusi awal untuk sebuah permasalahan. Misalnya, ketika sedang kebingungan mencari judul sebuah penelitian, buatlah judul sebanyak-banyaknya, dengan berbagai sudut pandang yang mengarah pada tujuan dan bidang yang digeluti. Faktor kuantitas seringkali menjadi kumpulan ide utama, dan tentu saja itu adalah hasil pemikiran yang luar biasa. Selanjutnya, mudah saja, tinggal diseleksi dari ratusan ide tersebut untuk dipilih yang terbaik. Istilahnya, hasil dari ini adalah menemukan yang terbaik di antara sekian banyak yang baik. 2)Dorong munculnya gagasan-gagasan liar, artinya munculkan gagasan-gagasan yang ‘aneh’. Biarkan keanehan-keanehan itu muncul karena itulah kunci sebuah kekreatiifan. Awalnya, mungkin bisa dimunculkan dengan sebuah pertanyan, atau mungkin beberapa. Misalnya dalam bentuk sederhana, tanyakan pada diri, apa yang bisa dilakukan dengan sebuah tongkat? Analogi yang lebih berat, sesuaikan dengan target kajian/penelitian yang akan dilakukan, misalnya, apa yang dapat saya teliti dari anak jalanan? Nah, tentu ini bisa dijawab dengan berbagai perspektif atau lingkup keilmuan, bisa dari bahasa, pemerintah, ekonomi, kesehatan, bahkan mungkin teknologi, luar biasa bukan? Ini hanya salah satu pertanyaan, di awal sudah disampaikan bahwa kunci brainstorming adalah kreatif, buatlah banyak pertanyaan, yakinlah akan banyak pula jawaban, maka selesailah satu ide awal. 3)Ciptakan visualisasi. Oke, visualisasi adalah bentuk nyata dari sebuah keabstrakan. Atau minimal buatlah seolah-olah itu adalah nyata. Setelah ide kreatif tersebut muncul, gambarlah apa yang ada dalam pikiran. Paling minimal bayangkan apa yang akan dilakukan. Misalnya, ketika sudah dapat ide terkait penelitian yang akan dilakukan pada anak jalanan, cabangkan kembali segala hal yang dapat dilakukan untuk mereka. Jangan lupa buat juga dalam percabangan yang lain, langkah-langkah yang dapat dilakukan. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah mengacu pada target, berarti mengarah pada hasil dan pembahasan kajian/penelitian, adapun langkah-langkah yang dilakukan berkaitan dengan metodologi penelitian/kajian. Sederhana sekali kan! 4) Tunda penilaian. Intinya buatlah sebanyak-banyak ide pada setiap langkah, ide tidak hanya ketika akan mencari tema buku, bahkan hingga pemecahan masalah di akhir, anggaplah di bagian kesimpulan dan saran, tetap dibuat sekreatif mungkin. Masalah penilaian, nanti setelah muncul masanya, yaitu masa korektif. Jadi, awali dengan kreatif sebanyak-banyaknya, baru diimbangi dengan kritis. Nah, kritis inilah yang akan membantu memperbaiki dengan sebaik-baiknya. 5)Buat percakapan. Percakapan bisa dibuat satu waktu, sebagai penyeimbang. Oh ya, percakapan tidak hanya dengan orang ya, tapi juga bisa dengan buku. Artinya, baik orang maupun buku, bisa menjadi sisi-sisi yang dapat mengimbangi pemikiran kita. Khusus untuk percakapan dengan orang, yang faktualnya membutuhkan kecerdasan non verbal, dapat dilakukan dengan cara: dengarkanlah baik-baik, catat (jika merasa ingatannya lemah, catatlah dalam kertas), berlakulah sopan dan ajaklah diskusi dengan bahasa bijak, bersikaplah layaknya orang yang haus ilmu sehingga orang tersebut akan maksimal memberikan ilmunya, dan terkhir, ketika telah yakin dengan pendapat tersebut, dapat dijadikan sebagai pondasi untuk arah yang lebih baik. Berdasarkan ulasan di atas, marilah kita kenang kisah orang-orang luar biasa. Pertama, nabi Muhamad SAW yang sempat dikatakan ‘gila’ oleh kaumnya, ketika beliau menyampaikan kebenara. Kedua, para ilmuwan, masih ingat kisah Einstein yang gagasan ditolak oleh para gurunya, bahkan ia disebut gila. Namun, ia tetap kreatif menyelesaikan kajiannya. Atau Beethoven, seorang pemusik yang justru berkarya dengan segala keterbatasannya. Awalnya, ia biasa memegang biola dengan cara yang aneh dan lebih memilih memainkan karyanya sendiri ketimbang memperbaiki tekniknya. Bahkan, karena keterbelakangan dan pandangan miris dari orang-orang, gurunya menyebut dia sebagai “komponis tanpa harapan”. Akan tetapi, pada akhirnya bahkan ia mampu menulis lima simfoni terkenalnya, dengan telinga yang tuli total. Dua orang terakhir adalah orang yang ‘aneh’ yang memiliki metode dan pemikiran-pemikiran asing bagi dunia di sekitarnya, dan tentu saja seringkali melakukan kesalahan terutama kegagalan. Namun percayalah, keindahan-keindahan dari sebuah kesalahan itulah yang akan membuat kita semakin cerdas. Biarlah menjadi pemikir asing, orang-orang asing inilah yang akan menjadi orang langka. Gagasan-gagasan yang tepat seringkali mengalir dari sesuatu yang mulanya tampak asing, dari asing itulah, kita bisa membuatnya tidak asing, tentu saja ketidakasingan itu karena kita mampu membuatnya berterima, paling parah mungkin tidak masa ini, tetapi masa-masa yang akan datang. Demikianlah ulasan berkaitan dengan lima aturan tersebut, sekaligus dengan ulasan pemetaan pikiran, semoga bermanfaat. Selamat mencoba, mencoba sebanyak-banyaknya, semoga berhasil! Dan akhirnya nanti, selamat merayakan keamatiran Anda!